Jumat, 04 September 2009

PUASA DAN KEIMANAN

Puasa Romadlon sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqoroh ayat 183 yang artinya "Hai orang-orang yang beriman, telah ditetapkan atas kamu untuk berpuasa sebagaimana telah ditetapkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa".
Perintah puasa tersebut sudah sangat jelas dan tidak perlu pembahasan lebih mendalam tentang perintah itu sendiri. namun demikian perlu juga kita kaji tentang siapa-siapa sajakah sebenarnya yang diperintahkan untuk menjalankannya? pada awal bunyi ayat tersebut sangat jelas yakni "Hai orang-orang yang beriman" tidak ada satu orangpun dari ahli tafsir yang mengartikan dengan "Hai orang-orang muslim". Ketika kita berbicara tentang keimanan, ada perlunya kita mereward (memutar ulang) peristiwa masa kerasulan Muhammad SAW. kita ingat pada masa Rasulullah SAW masih hidup, ada beberapa orang kafir yang mengaku telah beriman kepada Alloh SWT, ternyata ketika berkumpul dengan orang kafir menyatakan belum beriman. orang-orang inilah yang kemudian oleh Rasululloh SAW disebut sebagi orang munafiqin. Keadaan seperti ini ternyata telah ada sejak Rosululloh SAW masih hidup. Apakah orang-orang seperti ini saat ini masih ada? menilik dari kondisi saat ini, dimana pada saat bulan Romadlon orang beriman diperintahkan berpuasa namun pada kenyataannya masih banyak yang tidak mengerjakan dengan berbagai alasan. Bagaimana tidak? ketika kita pergi ke pasar atau terminal dimana disitu banyak berderet para penjual bakso, sate, nasi rames dan sebaginya, ditempat itu juga kita banyak menyaksikan orang-orang yang sedang menikmati hidangan makan siang, bahkan sarapan pagi. Lalu Pantaskah mereka kita sebut sebagai orang munafiq?
Seandainya kita berkenan untuk menanyakan kepada mereka dan menanyakan KTP mereka tentang agama mereka, saya yakin, mereka dengan enteng akan menjawab "saya beragama Islam, kalo tidak percaya silahkan lihat, ini KTP saya". lalu bagaimanakah kondisi keimanan mereka? Inilah yang menjadi Pe-eR kita selaku da'i, bagimana menanamkan dasar-dasar keimanan yang kuat kepada mereka. Memang, kalo kita menilik kembali pada masa-masa kelahiran kita, kita akan sangat faham dengan kondisi seperti ini. Kita dilahirkan dilingkungan yang sudah beragama Islam, sehingga keislaman kita sebenarnya adalah berasal dari faktor orang tua dan lingkungan, bukan dari kesadaran. Untuk menumbuhkan kesadaran pada diri kita sehingga kita menjadi orang yang Islam karena Iman, butuh waktu dan gemblengan yang tidak sedikit. Kita harus mampu membaca Ayat-ayat Alloh, baik yang termaktub dalam Al-Qur'an maupun yang terpampang dalam alam semesta, karena sebenarnya banyak sekali bukti-bukti kebenaran yang dapat kita ambil untuk menumbuhkan dasar-dasar keimanan yang benar pada kita dan mereka, tinggal bagaimana kita mengemasnya. "selamat berjuang para mujahid pilihan, semoga Umat Islam tidak hanya menjadi buih yang senantiasa terombang-ambing oleh derasnya ombak lautan"